Bank Dunia Revisi Garis Kemiskinan: 194 Juta Warga Indonesia Kini Masuk Kategori Miskin – Analisis & Dampaknya
Halo, UPreader! Kabar terbaru dari Bank Dunia cukup mengejutkan. Lembaga keuangan global ini baru saja merevisi garis kemiskinan global, dan dampaknya sangat signifikan bagi Indonesia. Berdasarkan data terbaru, 194 juta penduduk Indonesia kini masuk dalam kategori miskin setelah penyesuaian ambang batas kemiskinan.
Apa sebenarnya yang berubah? Mengapa angka kemiskinan melonjak drastis? Dan bagaimana dampaknya bagi perekonomian Indonesia? Simak analisis lengkapnya di artikel ini!
1. Perubahan Metodologi Bank Dunia: Dari PPP 2017 ke PPP 2021
Bank Dunia secara resmi memperbarui metode penghitungan kemiskinan global pada Juni 2025, dengan mengacu pada data Purchasing Power Parity (PPP) 2021. Sebelumnya, mereka menggunakan PPP 2017.
Apa itu PPP?
PPP (Paritas Daya Beli) adalah metode untuk membandingkan harga barang dan jasa antarnegara dengan menyesuaikan perbedaan nilai mata uang. Dengan kata lain, PPP membantu mengukur daya beli riil masyarakat di berbagai negara.
Mengapa Revisi Ini Penting?
Garis kemiskinan ekstrem naik dari $2,15 menjadi $3,00 per hari.
Negara berpendapatan menengah ke bawah (lower-middle income) naik dari $3,65 menjadi $4,20.
Negara berpendapatan menengah ke atas (upper-middle income), termasuk Indonesia, naik dari $6,85 menjadi $8,30 per hari.
Artinya, seseorang yang sebelumnya dianggap "tidak miskin" karena berpenghasilan $7 per hari, kini masuk kategori miskin karena ambang batas baru adalah $8,30.
2. Dampak pada Indonesia: Lonjakan Jumlah Penduduk Miskin
Indonesia telah diklasifikasikan sebagai upper-middle income country sejak 2023, dengan GNI per kapita $4.580. Namun, revisi Bank Dunia membuat angka kemiskinan melonjak:
Sebelum revisi (2024): 60,3% penduduk miskin (172 juta orang).
Setelah revisi (2025): 68,25% penduduk miskin (194,6 juta orang).
Mengapa Bisa Begitu Tinggi?
Inflasi & Kenaikan Harga – Daya beli masyarakat menurun akibat kenaikan harga pangan dan energi.
Ketimpangan Ekonomi – Pertumbuhan ekonomi tidak merata, banyak pekerja bergaji rendah.
Perubahan Metode Survei – Bank Dunia memperbaiki sistem pengumpulan data, terutama di negara berkembang.
Perbandingan dengan Data BPS:
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat tingkat kemiskinan Indonesia hanya 8,57% (2024). Mengapa berbeda jauh dengan Bank Dunia?
BPS menggunakan garis kemiskinan nasional (Rp582.932/kapita/bulan).
Bank Dunia menggunakan standar global yang lebih ketat.
3. Analisis: Apa Artinya Bagi Perekonomian Indonesia?
Dampak Jangka Pendek:
✔ Tekanan pada Anggaran Pemerintah – Program bantuan sosial (seperti BLT, PKH) harus diperluas.
✔ Konsumsi Rumah Tangga Menurun – Daya beli rendah = pertumbuhan ekonomi melambat.
✔ Investasi & Daya Saing Global – Reputasi Indonesia bisa terdampak jika angka kemiskinan dinilai tinggi.
Solusi Jangka Panjang:
Perluasan lapangan kerja dengan upah layak.
Peningkatan produktivitas UMKM untuk menaikkan pendapatan.
Reformasi subsidi agar tepat sasaran bagi masyarakat miskin.
4. Respons Pemerintah & Kritik Terhadap Metode Bank Dunia
Menteri Keuangan, Sri Mulyani, menyatakan bahwa pemerintah tetap fokus pada pengentasan kemiskinan meski metodologi berubah. Namun, beberapa ekonom mengkritik:
Bank Dunia dianggap terlalu "menggeneralisir" kondisi negara berkembang.
PPP 2021 belum sepenuhnya merefleksikan realitas lokal di Indonesia.
5. Kesimpulan: Apa yang Bisa Kita Lakukan?
UPreader, kenaikan angka kemiskinan ini adalah warning sign bahwa pembangunan ekonomi harus lebih inklusif. Beberapa langkah yang bisa kita ambil:
✅ Dukung UMKM lokal – Belanja produk dalam negeri membantu perekonomian.
✅ Edukasi keuangan – Memahami pengelolaan uang bisa mengurangi risiko kemiskinan.
✅ Tekan pemerintah untuk kebijakan pro-rakyat – Pastikan program bantuan tepat sasaran.
Referensi: https://www.merdeka.com/uang/bank-dunia-revisi-garis-kemiskinan-194-juta-warga-indonesia-kini-masuk-kategori-miskin-425300-mvk.html
Apa Pendapat UPreader?
Bagaimana menurutmu soal revisi Bank Dunia ini? Apakah Indonesia seburuk itu, atau ada faktor lain yang perlu diperhatikan? Yuk, diskusi di kolom komentar!
Jangan lupa share artikel ini agar lebih banyak orang paham isu penting ini!
Kata Kunci (Tags):
#BankDunia #KemiskinanIndonesia #GarisKemiskinan #PPP2021 #EkonomiIndonesia #DataKemiskinan #KesenjanganSosial #GNI #PovertyUpdate #KeuanganGlobal